Menguruskan Jenazah

Hukum-hukum Tentang Mayat

Seorang yang telah tampak padanya tanda-tanda mati (sekarat) diwajibkan menunaikan hak-hak Allah seperti shalat, puasa, dan lain-lain serta hak-hak manusia seperti melunaskan utang dan mengembalikan amanat kepada para pemiliknya. Jika dia tidak dapat menjalankan kewajiban-kewajiban itu, maka dia wajib memberikan wasiat.

Hukum Mayat

1. Di saat sakratul maut.

Di saat seorang sedang sakratul maut diwajibkan dipalingkan ke arah kiblat, dengan cara terlentang di atas punggungnya yang jika dia duduk maka posisinya menghadap kiblat. Memalingkan mayat ke arah kiblat hukumnya fardhu kifayah.

2. Memandikan mayat.

- Memandikan mayat hukumnya fardhu kifayah (mayat anak-anak atau dewasa) kecuali :

a. Bayi keguguran yang belum berusia empat bulan. Bayi ini tidak wajib dimandikan tetapi cukup dibalut dengan kain lalu dikuburkan. Adapun jika sudah berusia empat bulan maka mayat bayi dimandikan, dikafani, dan dikuburkan.

b. Seorang syahid yang dibunuh demi membela Islam, tidak wajib dimandikan dan tidak wajib dikafani. Dia cukup dikuburkan dengan bajunya. Gugurnya kewajiban mandi dan kafan bila seorang syahid mati di tengah berkecamuknya perang.

Syarat-syarat Orang yang Memandikan

1. Baligh

2. Berakal

3. Beriman

4. Sesama jenis kelamin antara yang memandikan dengan yang dimandikan kecuali :

a. Anak kecil yang usianya belum lebih dari tiga tahun.

b. Suami – isteri. Masing-masing boleh memandikan yang lain.

c. Mahram. Jika tidak ada orang yang sejenis kelamin dengan mayat, maka saudara mahramnya boleh memandikannya.

Cara Memandikan Mayat

1. Menghilangkan benda-benda najis dari badan mayat.

2. Dimandikan tiga kali : pertama, dimadikan dengan air yang dicampuri daun bidara (sidr), kemudian dimandikan dengan air yang dicampuri kapur barus dan terakhir dimandikan dengan air murni.

Adapun cara memandikannya dengan tiga macam air tersebut sama dengan cara mandi junub, yaitu terlebih dahulu membasuh kepala dan lehernya, kemudian membasuh badan sebelah kanan (yakni badan bagian kanan dari pusar ke samping kanan dan dari leher sampai ke kaki) dan membasuh badan sebelah kiri.

Beberapa Masalah Yang Berkaitan Dengan Memandikan Mayat

1. Jika kesulitan (berhalangan) mendapatkan daun bidara atau kapur barus atau keduanya, maka ada beberapa gambaran. Pertama, [bila] yang tidak ada adalah daun bidara, maka dimandikan dengan air murni sebagai ganti air yang dicampuri daun bidara, kemudian dimandikan dengan air yang dicampuri kapur barus dan dimandikan dengan air murni. Kedua, [bila] yang tidak ada adalah kapur barus, maka dimandikan dengan air yang dicampuri daun bidara, kemudian dengan air murni sebagai ganti air yang dicampuri dengan kapur barus dan dimandikan dengan air murni. Ketiga, [bila] yang tidak ada adalah keduanya ( daun bidara dan kapur barus), maka dimandikan tiga kali dengan air murni semuanya.

2. Jika tidak ada air untuk memandikan mayat, maka ditayammumi sebanyak tiga kali sebagai ganti ketiga mandi tersebut. Mayat yang terluka atau terbakar boleh ditayammumi jika memandikannya akan menyebabkan kulitnya terkelupas.

3. Jika tidak terdapat air yang cukup kecuali untuk satu kali mandi saja, maka jika yang ada adalah daun bidara, maka dimandikan dengan air yang dicampuri daun bidara, kemudian ditayammumi dua kali sebagai ganti mandi dengan air campuran kapur barus dan mandi dengan air murni. Dan jika daun bidara tidak ada, maka dimandikan dengan air murni sebagai ganti air yang dicampur dengan daun bidara, dan kemudian ditayammumi dua kali sebagai ganti air campuran kapur barus dan air murni.

4. Jika tidak terdapat air yang cukup kecuali untuk dua kali mandi saja, maka ada beberapa gambaran:

Pertama, jika yang ada adalah daun bidara saja, maka dimandikan dengan air daun bidara kemudian dengan air murni sebagai ganti air campuran kapur barus kemudian ditayammumi sebagai ganti air murni.

Kedua, Jika yang ada adalah kapur barus saja, maka dimandikan dengan air murni sebagai ganti air campuran daun bidara, kemudian dimandikan dengan air kapur barus kemudian ditayammumi sebagai ganti mandi dengan air murni.

Ketiga, Jika daun bidara dan kapur barus ada, maka dimandikan dengan air yang dicampur daun bidara dan air yang dicampur kapur barus kemudian ditayammumi sebagai ganti mandi dengan air murni.

Mengkafani Mayat

1. Cara Mengkafani Mayat : Mengkafani mayat hukumnya fardhu kifayah dan kafan harus terdiri dari tiga helai kain ; mi'zar ( kain yang menutupi antara pusar dan lutut), qomish ( kain yang menutupi antara dua bahu sampai betis ) dan izar ( kain yang menutupi seluruh badan ).

2. Syarat-syarat kain kafan : a. Kain yang mubah ( tidak boleh menggunakan kain milik orang lain kecuali kalau diizinkan), b. Kain yang suci ( tidak boleh menggunakan kain yang terkena najis atau terbuat dari barang najis, seperti kulit bangkai ), c. Kain kafan tidak terbuat dari sutra, walaupun mayat itu wanita atau anak kecil, d. Kain kafan tidak terbuat kulit binatang yang tidak boleh dimakan dagingnya.

Tahnith Mayat

Men-tahnith mayat hukumnya fardhu kifayah, baik mayat itu anak kecil atau besar. Tahnith mayat dilakukan setelah memandikan.

Tahnith adalah mengusapkan kapur barus di tujuh anggota sujud ( dahi, perut kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ibu jari telapak kaki ).

Menyembahyangkan Mayat

Menshalati mayat muslim hukumnya fardhu kifayah dan tidak boleh menshalati mayat kafir.

a. Cara Shalat Mayat adalah setelah niat bertakbir lima kali; setelah takbir pertama mengucapkan dua kalimat syahadat; Setelah takbir kedua membaca shalawat; Setelah takbir ketiga mendoakan kaum muslimin dan muslimat, dan mukminin dan mukminat; Setelah takbir keempat mendoakan mayat; dan kemudian takbir kelima sebagai penutup shalat.

b. Dalam pelaksanaan shalat mayat tidak ada azan, iqamat, ruku', sujud, tasyahhud dan salam.

Syarat-syarat Solat Mayat.

1. Niat.

2. Menentukan mayat yang akan dishalati, misalnya solat mayat ini.

3. Menghadap kiblat.

4. Solat sambil berdiri

5. Meletakan mayat didepan orang yang shalat dengan posisi terlentang di atas punggungnya dan kepala mayat terletak di sebelah kanan orang yang shalat.

6. Antara orang yang shalat dengan mayat tidak ada penghalang.

7. Jarak antara orang yang shalat dengan mayat tidak terlalu jauh.

8. Salah satu diantara keduanya tidak lebih tinggi posisinya atau lebih rendah.

9. Shalat dilakukan setelah memandikan, mengkafani dan men-tahnith.

Dalam pelaksanaan shalat mayat tidak disyaratkan suci dari hadas (berwudhu).

Menguburkan Mayat

Menguburkan mayat muslim hukumnya fardhu kifayah. Caranya adalah meletakan badannya di dalam lubang kubur sambil menghadap kiblat dengan berbaring di atas samping kanan dan kemudian menutupinya dengan tanah sehingga aman dari binatang buas dan baunya tidak tercium oleh manusia.

Solat Jenazah

Solat jenazah hukumnya wajib kifayah bagi setiap muslim. Apabila telah ada seorang muslim yang melakukan shalat jenazah untuknya, maka gugurlah kewajiban itu menshalatinya bagi yang lain. Solat jenazah harus dilakukan dengan niat qurbatan ilallah (mendekatkan diri pada Allah).

Tata Cara Solat Jenazah

Solat jenazah terdiri dari lima takbir. Pelaksanaannya, setelah takbir pertama bacalah dua kalimat syahadat. Setelah takbir kedua, bacalah shalawat kepada Rasulullah Saww. Setelah takbir ketiga bacalah doa untuk kaum muslimin. Setelah takbir keempat, bacalah doa khusus untuk jenazah, kemudian bacalah takbir kelima sebagai penutup solat jenazah.

Secara ringkas, cara pelaksanaan solat jenazah tersebut adalah:

Setelah niat dan menentukan (nama dan jenis kelamin) jenazah yang akan dishalatkannya, maka lakukanlah serangkaian bacaan dan amalan berikut ini,

Takbir pertama,

(اللهُ أکْبَرُ) اَشْهَدُ أَنْ لا اِلهَ اِلاّ الله وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ

(Allah Mahabesar),aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Takbir kedua,

(اللهُ أکْبَرُ) اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلی مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ

(Allah Mahabesar), ya Allah, curahkanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad Saww. dan keluarga Muhammad.

Takbir Ketiga,

(اللهُ أکْبَرُ) اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤمِنِيْنَ وَالْمُؤمِنَاتِ

(Allah Mahabesar), Ya Allah, ampunilah seluruh dosa dan kesalahan kaum mukmini laki-laki dan kaum mukmin perempuan.

Takbir Kempat,

(اللهُ أکْبَرُ) اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِهَذا الْمَيِّتِ

(Allah Mahabesar), Ya Allah, ampunilah seluruh dosa dan kesalahan jenazah ini.

Takbir kelima, "Allahu Akbar" dan selesailah shalat jenazah tersebut.

Hukum-hukum Menguburkan Mayat

1. Hukum menguburkan mayat Muslim adalah wajib kifayah.

Yang dimaksud menguburkan ialah menyembunyikan mayat di dalam lubang tanah. Oleh karena itu, menyembunyikannya di dalam tumpukan tanah tidak sah. Lubang kubur itu hendaknya dapat menjaga jasad mayat dari binatang buas dan baunya tidak menyebar ke luar.

2. Mayat yang mati di lautan, jika tidak bisa diantar ke daratan, maka setelah dimandikan, dikafani dan dishalati, diletakkan di atas papan yang dibebani barang yang berat kemudian dibuang ke laut.

3. Posisi mayat ketika dikuburkan menghadap kiblat, yakni membaringkannya ke sebelah kanan.

4. Biaya penguburan diambil dari uang warisan sebelum dibagikan.

5. Anggota tubuh mayat yang terpisah hendaknya dikuburkan bersama dalam satu lubang.

6. Jika seseorang mati di dalam sumur dan tidak bisa dikeluarkan, juga tidak bisa dipalingkan ke kiblat, maka dibiarkan di dalam sumur saja, lalu sumur itu ditutup sehingga menjadi kuburannya.

7. Menguburkan mayat tidak boleh di tanah milik orang lain.

8. Mayat kafir tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum Muslimin. Demikian pula tidak boleh menguburkan mayat Muslim di pekuburan kaum kafir.

Hal-hal yang Disunahkan dalam Penguburan.

1. Kedalaman kuburan sesuai dengan tinggi badan si mayat.

2. Membuat lubang lahad di tanah yang keras (yaitu membuat lubang seukuran mayat di dinding kuburan yang mengarah ke kiblat) atau syaq di tanah yang lentur (membuat lubang seukuran mayat di dalam lubang kuburan).

3. Sebelum dikuburkan di dalam kuburan, mayat laki-laki hendaknya diletakkan pada arah kakinya, sedangkan mayat perempuan pada arah kiblat. 4. Hendaknya mayat dikuburkan tidak sekaligus.

5. Ikatan-ikatan kain kafan dilepas setelah diletakkan di dalam kuburan.

6. Bagian mukanya dibuka dan pipinya menempel ke tanah dan punggungnya disanggah dengan bantal dari tanah agar tidak terlentang badannya.

7. Orang yang turun ke bawah kuburan hendaknya bersuci, kepalanya terbuka dan kancingnya terbuka.

8. Selain keluarga yang muhrim hendaknya melemparkan dengan punggung telapak tangannya.

9. Mentalqininya dengan akidah-akidah yang hak setelah diletakkan di dalam kuburan dan sebelum diuruk.

10. Meninggikan kuburan setinggi empat jari rapat atau renggang.

11. Mencipratkan air di atas kuburannya dari kepala sampai kaki.

12. Meletakkan tangan di atas kuburan dengan merenggangkan jari-jari sambil menekan, dan membacakan surah Al-Qadr tujuh kali serta memintakan ampun untuknya.

Asmaaul husna (99 nama Allah)

Asmaaulhusna

Dalam agama Islam, Asmaaulhusna adalah sembilan puluh sembilan (99) asma (nama) Allah SWT yang terbaik. Sejak dahulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan asmaaulhusna ini. Meskipun timbul perbezaan pendapat tentang jumlah nama itu, ada yang menyebut 132, 200, bahkan 1000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Zat Allah SWT yang harus difahami oleh orang-orang yang beriman.

Asmaaulhusna bermaksud dari segi bahasa ialah nama-nama Allah yang baik, mulia dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan Allah, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta beserta segala isinya.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah ketetapan dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, masyarakat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ..." kerana tiada satupun yang dapat disetarakan dengan Allah. Perbahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang dilekatkan pada Allah harus difahami keberbezaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu.

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah pencipta dan penguasa alam yang abadi dan alam yang fana. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan demikian, Allah Maha Tinggi. Tapi juga Allah Maha Dekat. Allah Maka Kuasa. Tapi juga Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Sifat-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu nama-nama yang baik.

Dalil

Berikut adalah beberapa dalil yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Hadis tentang asmaaulhusna:

  • "Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaaulhusna (nama-nama yang baik)." - (Q.S. Thaa-Haa : 8)
  • Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" - (Q.S Al Israa': 110)
  • Nabi saw. bersabda: "Allah itu memiliki sembilan puluh sembilan nama yang bagus. Barang siapa yang mampu menghafalnya, maka dia akan masuk syurga. Sesungguhnya Allah itu ganjil dan Dia menyukai yang ganjil." - (H.R. Abu Hurairah ra)

Asmaaulhusna

No.

Asma

Arab

Melayu

Inggeris

1

Al Rahman

الرحمن

Maha Pengasih

The All Beneficent

2

Ar Rahiim

الرحيم

Maha Penyayang

The Most Merciful

3

Al Malik

الملك

Maha Merajai/Memerintah

The King, The Sovereign

4

Al Quddus

القدوس

Maha Suci

The Most Holy

5

As Salaam

السلام

Maha Memberi Kesejahteraan

Peace and Blessing

6

Al Mu`min

المؤمن

Yang Memberi Keamanan

The Guarantor

7

Al Muhaimin

المهيمن

Maha Pemelihara

The Guardian, the Preserver

8

Al `Aziiz

العزيز

Maha Gagah

The Almighty, the Self Sufficient

9

Al Jabbar

الجبار

Maha Perkasa

The Powerful, the Irresistible

10

Al Mutakabbir

المتكبر

Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran

The Tremendous

11

Al Khaliq

الخالق

Maha Pencipta

The Creator

12

Al Baari`

البارئ

Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)

The Maker

13

Al Mushawwir

المصور

Yang Membentuk Rupa (makhluknya)

The Fashioner of Forms

14

Al Ghaffaar

الغفار

Maha Pengampun

The Ever Forgiving

15

Al Qahhaar

القهار

Yang Memaksa

The All Compelling Subduer

16

Al Wahhaab

الوهاب

Maha Pemberi Karunia

The Bestower

17

Ar Razzaaq

الرزاق

Maha Pemberi Rejeki

The Ever Providing

18

Al Fattaah

الفتاح

Maha Pembuka Rahmat

The Opener, the Victory Giver

19

Al `Aliim

العليم

Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)

The All Knowing, the Omniscient

20

Al Qaabidh

القابض

Yang Menyempitkan (makhluknya)

The Restrainer, the Straightener

21

Al Baasith

الباسط

Yang Melapangkan (makhluknya)

The Expander, the Munificent

22

Al Khaafidh

الخافض

Yang Merendahkan (makhluknya)

The Abaser

23

Ar Raafi`

الرافع

Yang Meninggikan (makhluknya)

The Exalter

24

Al Mu`izz

المعز

Yang Memuliakan (makhluknya)

The Giver of Honor

25

Al Mudzil

المذل

Yang Menghinakan (makhluknya)

The Giver of Dishonor

26

Al Samii`

السميع

Maha Mendengar

The All Hearing

27

Al Bashiir

البصير

Maha Melihat

The All Seeing

28

Al Hakam

الحكم

Maha Menetapkan

The Judge, the Arbitrator

29

Al `Adl

العدل

Maha Adil

The Utterly Just

30

Al Lathiif

اللطيف

Maha Lembut

The Subtly Kind

31

Al Khabiir

الخبير

Maha Mengetahui Rahasia

The All Aware

32

Al Haliim

الحليم

Maha Penyantun

The Forbearing, the Indulgent

33

Al `Azhiim

العظيم

Maha Agung

The Magnificent, the Infinite

34

Al Ghafuur

الغفور

Maha Pengampun

The All Forgiving

35

As Syakuur

الشكور

Maha Pembalas Budi (Menghargai)

The Grateful

36

Al `Aliy

العلى

Maha Tinggi

The Sublimely Exalted

37

Al Kabiir

الكبير

Maha Besar

The Great

38

Al Hafizh

الحفيظ

Maha Menjaga

The Preserver

39

Al Muqiit

المقيت

Maha Pemberi Kecukupan

The Nourisher

40

Al Hasiib

الحسيب

Maha Membuat Perhitungan

The Reckoner

41

Al Jaliil

الجليل

Maha Mulia

The Majestic

42

Al Kariim

الكريم

Maha Pemurah

The Bountiful, the Generous

43

Ar Raqiib

الرقيب

Maha Mengawasi

The Watchful

44

Al Mujiib

المجيب

Maha Mengabulkan

The Responsive, the Answerer

45

Al Waasi`

الواسع

Maha Luas

The Vast, the All Encompassing

46

Al Hakiim

الحكيم

Maka Bijaksana

The Wise

47

Al Waduud

الودود

Maha Pencinta

The Loving, the Kind One

48

Al Majiid

المجيد

Maha Mulia

The All Glorious

49

Al Baa`its

الباعث

Maha Membangkitkan

The Raiser of the Dead

50

As Syahiid

الشهيد

Maha Menyaksikan

The Witness

51

Al Haqq

الحق

Maha Benar

The Truth, the Real

52

Al Wakiil

الوكيل

Maha Memelihara

The Trustee, the Dependable

53

Al Qawiyyu

القوى

Maha Kuat

The Strong

54

Al Matiin

المتين

Maha Kokoh

The Firm, the Steadfast

55

Al Waliyy

الولى

Maha Melindungi

The Protecting Friend, Patron, and Helper

56

Al Hamiid

الحميد

Maha Terpuji

The All Praiseworthy

57

Al Mushii

المحصى

Maha Mengkalkulasi

The Accounter, the Numberer of All

58

Al Mubdi`

المبدئ

Maha Memulai

The Producer, Originator, and Initiator of all

59

Al Mu`iid

المعيد

Maha Mengembalikan Kehidupan

The Reinstater Who Brings Back All

60

Al Muhyii

المحيى

Maha Menghidupkan

The Giver of Life

61

Al Mumiitu

المميت

Maha Mematikan

The Bringer of Death, the Destroyer

62

Al Hayyu

الحي

Maha Hidup

The Ever Living

63

Al Qayyuum

القيوم

Maha Mandiri

The Self Subsisting Sustainer of All

64

Al Waajid

الواجد

Maha Penemu

The Perceiver, the Finder, the Unfailing

65

Al Maajid

الماجد

Maha Mulia

The Illustrious, the Magnificent

66

Al Wahiid

الواحد

Maha Esa

The One, the All Inclusive, the Indivisible

67

Al Ahad

الاحد

Maha Esa

The One, the All Inclusive, the Indivisible

68

As Shamad

الصمد

Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta

The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting

69

Al Qaadir

القادر

Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan

The All Able

70

Al Muqtadir

المقتدر

Maha Berkuasa

The All Determiner, the Dominant

71

Al Muqaddim

المقدم

Maha Mendahulukan

The Expediter, He who brings forward

72

Al Mu`akkhir

المؤخر

Maha Mengakhirkan

The Delayer, He who puts far away

73

Al Awwal

الأول

Maha Awal

The First

74

Al Aakhir

الأخر

Maha Akhir

The Last

75

Az Zhaahir

الظاهر

Maha Nyata

The Manifest; the All Victorious

76

Al Baathin

الباطن

Maha Ghaib

The Hidden; the All Encompassing

77

Al Waali

الوالي

Maha Memerintah

The Patron

78

Al Muta`aalii

المتعالي

Maha Tinggi

The Self Exalted

79

Al Barri

البر

Maha Penderma

The Most Kind and Righteous

80

At Tawwaab

التواب

Maha Penerima Tobat

The Ever Returning, Ever Relenting

81

Al Muntaqim

المنتقم

Maha Penyiksa

The Avenger

82

Al Afuww

العفو

Maha Pemaaf

The Pardoner, the Effacer of Sins

83

Ar Ra`uuf

الرؤوف

Maha Pengasih

The Compassionate, the All Pitying

84

Malikul Mulk

مالك الملك

Penguasa Kerajaan (Semesta)

The Owner of All Sovereignty

85

Dzul Jalaali Wal Ikraam

ذو الجلال و الإكرام

Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan

The Lord of Majesty and Generosity

86

Al Muqsith

المقسط

Maha Adil

The Equitable, the Requiter

87

Al Jamii`

الجامع

Maha Mengumpulkan

The Gatherer, the Unifier

88

Al Ghaniyy

الغنى

Maha Berkecukupan

The All Rich, the Independent

89

Al Mughnii

المغنى

Maha Memberi Kekayaan

The Enricher, the Emancipator

90

Al Maani

المانع

Maha Mencegah

The Withholder, the Shielder, the Defender

91

Ad Dhaar

الضار

Maha Memberi Derita

The Distressor, the Harmer

92

An Nafii`

النافع

Maha Memberi Manfaat

The Propitious, the Benefactor

93

An Nuur

النور

Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)

The Light

94

Al Haadii

الهادئ

Maha Pemberi Petunjuk

The Guide

95

Al Baadii

البديع

Maha Pencipta

Incomparable, the Originator

96

Al Baaqii

الباقي

Maha Kekal

The Ever Enduring and Immutable

97

Al Waarits

الوارث

Maha Pewaris

The Heir, the Inheritor of All

98

Ar Rasyiid

الرشيد

Maha Pandai

The Guide, Infallible Teacher, and Knower

99

As Shabuur

الصبور

Maha Sabar

The Patient, the Timeless